Senin, 20 Juni 2016

Irritable Bowel Syndrome 4


Sebelumnya http://cintailahususmu.blogspot.com/2016/06/irritable-bowel-syndrome-3.html

Irritable Bowel Syndrome

- dr. Heru Wijono, SpPD

Irritable bowel syndrome (IBS) adalah gangguan fungsi ditandai dengan gejala seperti nyeri atau perasan tidak enak di perut gangguan dalam hal buang hajat tanpa didapatkan kelainan struktur atau anatomi. Sampai saat ini belum ada metode diagnostik untuk menegakkan IBS sehingga diagnosis penyakit ini didasarkan pada gejala klinis (Kriteria Roma untuk diagnosis IBS).

IBS cukup sering ditemui dalam masyarakat, tetapi penyakit ini masih belum banyak dikenal. Secara keseluruhan diperkirakan terdapat 10–20% penderita dewasa di seluruh dunia dengan jumlah wanita yang menderita IBS lebih banyak dibanding pria, Gejala IBS sering bersifat kambuhan dan sering diikuti kelainan lain seperti fibromyalgia, nyeri kepala, nyeri punggung dan gangguan saluran kemih. Berat tidaknya gejala amat bervariasi dan dapat mengganggu kualitas hidup dan produktivitas sehari-hari, dan meningkatkan biaya dalam penanganannya.

Gangguan pergerakan saluran cerna, peningkatan kepekaan lapisan selaput lendir saluran cerna, gangguan di susunan saraf pusat, gangguan saraf otonom maupun hormon, factor genetic dan lingkungan, serta gangguan psiklogis dapat menjadi penyebab.

Kriteria Diagnostik Irritable Bowel Syndrome


Nyeri perut berulang atau gangguan minimal 3 hari setiap bulan dalam kurun waktu 3 bulan dengan dua atau lebih gejala ini : 
1.  Keluhan berkurang setelah buang air besar (BAB)
2.  Kekambuhan berkaitan dengan peningkatan frekuensi BAB
3.  Kekambuhan berkaitan dengan berubahnya konsistensi kotoran (dari padat menjadi cair)
4. Tanpa adanya kelainan fisik seperti polip. Radang dll.

Gejala Klinis


IBS menyerang semua lapisan umur, walaupun lebih sering mulai dirasakan sebelum umur 45 tahun. Dikatakan wanita dua sd tiga kali lebih sering terkena IBS. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah sulit BAB, Tidak bisa menahan BAB dan kembung.

Perjalanan penyakit IBS masih belum jelas benar, walaupun diperkirakan dipicu oleh gangguan saraf otot saluran cerna, gangguan saraf pusat, dan gangguan psikologis.

Terapi penderita

Gejala penyakit ini sangat bervariasi dari paling ringan sampai paling berat. Penderita dengan gejala ringan sd sedang umumnya mengalami gejala kambuhan akibat gangguan fisiologis saluran cerna, Terapi dengan oabt yang bereaksi langsung di saluran cerna seperti antispasmodik, antidiare, Suplemen serat dan modulator serotonin saluran cerna, Penderita dengan gejala yang lebih berat umumnya merasa nyeri terus menerus diikuti gangguan psikososial. Pada penderita seperti ini teradang diperlukan obat anti depresi dan terapi psikososial lainnya.

Jenis obat lain yang dapat membantu :


Pemberian penjelasan pada penderita dan pengaturan diet.
Menanamkan keyakinan pada penderita dengan memberikan penjelasan yang terinci dan jelas, serta jenis makanan yang sebaiknya dihindari merupakan langkah awal yang teramat penting dalam penatalaksanaan penderita dengan IBS. Makanan yang mengandung fructose dan pemanis buatan seperti sorbitol atau manitol dapat mengakibatkan diare, kembung, kram atau meningkatkan frekuensi buang angina.

Stool-Bulking Agent

Obat ini bersifat memadatkan kotoran sehingga mengurangi frekuensi BAB, seperti attapulgit (Diatab) yang banyak dijual bebas.

Attapulgit merupakan zat magnesium aluminium yang dapat ditemui pada tanah. Zat ini memiliki sifat menyerap cairan dan racun pada kotoran. Dengan demikian, konsistensi kotoran akan kembali padat dan diare pun berkurang. Attapulgit diberikan untuk penderita diare akut, diare kronik, ataupun diare traveler (diare yang biasa dialami pelancong yang mengonsumsi makanan yang berbeda dari tempat tinggalnya).

Antispasmodik

Obat antikolinergik yang mempengaruhi saraf otonom dalam tubuh dapat mengurangi keluhan nyeri /kram pada penderita dengan IBS. Dari 26 penelitian didapatkan penurunan rasa nyeri pada 62 sd 64% penderita, Obat jenis ini terbaik digunakan pada awal terjadinya nyeri/kram sehingga lebih optimal.

Obat anti diare

Bila diare memberat, loperamid (Imodium) dalam dosis rendah, 2–4 mg setiap 4-6 jam dapat diberikan.

Loperamide merupakan derivat difenoksilat (dan haloperidol, suatu anti-psikotikum) dengan khasiat obstipasi yang 2-3 kali lebih kuat tetapi tanpa efek terhadap sistem saraf pusat (SSP) karena tidak bisa menyeberangi sawar-darah otak oleh karena itu kurang menyebabkan efek sedasi dan efek ketergantungan dibanding golongan opiat lainnya seperti difenoksilat dan kodein HCl. Obat antimotilitas ini bekerja dengan mengurangi gerakan peristaltik usus sehingga diharapkan akan memperpanjang waktu kontak dan penyerapan di usus. Salah satu keuntungan Loperamide adalah mampu menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi ke keadaan resorpsi sehingga normal kembali. Mulai kerja loperamide lebih cepat dan bertahan lebih lama. Sehingga di indikasikan untuk Diare non-spesifik dan Diare kronis pada dewasa.
Di Inggris, obat ini tidak diperbolehkan pada anak-anak di bawah usia 4 tahun.
Pernah kejadian tuh, kebetulan ini di wilayah apotek teman saya. Bapak-bapak beli imodium karena diare. Dan ketika anaknya diare juga.. ehh.. dia kreatif saja memotong Imodium seperempatnya dan diberikan pada anaknya (4 tahun). Walhasil, setahun terakhir ini anaknya itu bermasalah ketika BAB. Amat susah keluarnya kecuali diberi pencahar.

Obat antidepresan

Selain memperbaiki kondisi depresi, obat ini terbukti dapat mengurangi gejala pada penderita IBS. Sayang tidak seperti obat yang lain, jenis ini tidak dijual bebas/

Terapi anti kembung

Pasien sebaiknya diminta untuk makan perlahan-lahan, dan menghindari permen karet dan minuman berkarbonasi (soda). Makanan lain yang juga dapat mengganggu adalah produk susu, buah dan sayur tertentu.

Aktivator kanal Klorida

Lubiprostone sejenis bicyclic fatty acid merupakan obat jenis baru yang dapat membantu sulit BAB (konstipasi) pada penderita dengan IBS.

Lubiprostone is used for the treatment of chronic constipation of unknown cause in adults, as well as irritable bowel syndromeassociated with constipation in women.
Lubiprostone is approved to treat chronic idiopathic constipation (CIC) in adults.
Lubiprostone is also approved to treat opioid-induced constipation, in adults with chronic non-cancer pain. The effectiveness of lubiprostone has not been established in patients who are taking a diphenylheptane opioid (e.g., methadone).
Lubiprostone is approved to treat irritable bowel syndrome with constipation (IBS-C) in women 18 years of age and older.
As of 12 November 2014, lubiprostone has not been studied in children. There is current research underway to determine the safety and efficacy in postoperative bowel dysfunction.
Derajat Keparahan IBS
Gejala klinis
Ringan
Sedang
Berat
Persentase penderita
70%
25%
5%
Kaitan dengan gangguan fisiologi saluran cerna
+++
++
+
Nyeri berterusan
0
+
+++
Gangguan Psikososial
0
+
+++
Jenis penanganan
Dokter Keluarga/primer
Spesialistik
Sub spesialistik


http://penyakitdalam-internis.blogspot.co.id/2010/01/irritable-bowel-syndrome.html



Selanjutnya http://cintailahususmu.blogspot.com/2016/06/irritable-bowel-syndrome-5.html




Tidak ada komentar:

Posting Komentar